Penilaian didalam sebuah etika adalah sesuatuh hal yang sangat penting dilakukan. Penialian ini bertujuan untuk mengetahui perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak susila. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat
baginya atau telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi
pekerti.
Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa dari semasih berupa angan-angan, cita-cita, niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa dari semasih berupa angan-angan, cita-cita, niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu
perbuatan di nilai pada 3 (tiga) tingkat
a. Tingkat pertama,
semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana dalam hati,
niat.
b. Tingkat kedua,
setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
c. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut,
yaitu baik atau buruk.
Melihat dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa ETIKA
PROFESI merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari
etika sosial. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak,
kemauan, wil. Dan isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh
perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang
terjadi :
a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak
baik
b. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ;
kelihatannya baik.
c. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak
baik.
d. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
Setelah melihat tingkatan dan tujuan dari penilaian etika ini dibawah ini akan
dijelaskan beberapa penilaian baik dan buruk menurut aliran Eudaemonisme,
Positivisme, Naturalisme dan Idealisme.
Aliran Eudaemonisme
Eudaemonisme adalah pandangan hidup yang menganggap kebahagiaan sebagai tujuan
segala tindakan manusia. Dalam eudaemonisme, kebahagiaan yang dimaksud bukan
hanya terbatas kepada perasaan subjektif seperti senang atau gembira sebagai
aspek emosional, melainkan lebih mendalam dan objektif menyangkut pengembangan
seluruh aspek kemanusiaan suatu individu. Dengan demikian, eudaemonisme juga
sering disebut etika pengembangan diri atau kesempurnaan hidup. Menurut
Aristoteles, untuk mencapai eudaemonia ini diperlukan 4 hal, yaitu:
1. Kesehatan, Kebebasan, Kemerdekaan, Kekayaan dan Kekuasaan
1. Kesehatan, Kebebasan, Kemerdekaan, Kekayaan dan Kekuasaan
2. Kemauan
3. Perbuatan Baik
4. Pengetahuan
Batiniah
Aliran Positivisme
Aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan menolak aktivitas yang berkenaan dengan metafisik.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana
untuk memperoleh pengetahuan.
Aliran Naturalisme
Yang menjadi ukuran baik atau buruk adalah “apakah sesuai dengan keadaan alam”,
apabila alami maka itu dikatakan baik, sedangkan apabila tidak alami maka akan
dipandang buruk. Jean Jack Rousseau mengemukakan bahwa kemajuan, pengetahuan
dan kebudayaan menjadi perusak alam semesta.
Aliran Idealisme
Ungkapan yang terkenal dari aliran ini adalah “segala yang ada hanyalah yang
tiada” sebab yang ada itu hanyalah perwujudan dari alam pikiran (tiruan).
Sebaik apapun tiruan tidak akan seindah aslinya (ide). Jadi yang baik itu hanya
apa yang ada di dalam ide tersebut.
Sumber :
No comments:
Post a Comment